MAKALAH
PRINSIP – PRINSIP PENGENALAN MORFEM
Di susun oleh:
1. Moch. Rafi
Firmansyah (170210402089)
2. Amalia
Sukmawati (170210402104)
3. Ayu Intan
Nursanjaya (170210402110
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jember, 02 Mei 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Prinsip-prinsip
pada Morfologi ada berbagai macam. Namun menurut Ramlan dalam Tarigan, H.G.
(1995: 11-19) cara-cara untuk mengenal morfem dengan mudah ialah dengan cara
mengemukakan enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan
morfem. Morfem merupakan bahasa terkecil yang mengandung makna (Arifin Zainal
dan Junaiyah, 2009: 2). Tetapi tidak jarang dari kita yang masih bingung untuk
mengindentifikasi sebuah morfem. Salah satu pertanyaan penting yang harus
dijawab, khususnya oleh guru bahasa Indonesia adalah “bagaimana caranya
mengenal morfem dengan mudah?”. Tentunya kita harus mengerti terlebih dahulu
tentang prinsip pengenalan morfem. Pada enam prinsip yang akan dijelaskan,
dapat mempermudah mengenal morfem secara rinci. Dengan begitu dapat dipahami
dengan mudah melalui contoh-contoh yang dipaparkan.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1.2.1 Ada berapakah prinsip-prinsip
pengenalan morfem ?
1.2.2 Bagaimana penjelasan dari setiap prinsip
pengenalan morfem?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui banyanknya prinsip-prinsip pengenalan morfem
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana penjelasan dari
setiap prinsip pengenalan morfem
1.4.
Manfaat
Manfaat dari makalah ini sebagai berikut :
1.4.1 Diketahuinya Definisi banyaknya prinsip pengenalan morfem
1.4.2 Diketahuinya Bagaimana penjelasan dari setiap prinsip pengenalan morfem
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Prinsip Pengenalan Morfem
Cara-cara
untuk mengenal morfem dengan mudah, Ramlan dalam Tarigan,H.G. (1995: 11- 19) mengemukakan enam
prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem. Keenam
prinsip pengenalan morfem itu adalah sebagai berikut:
Prinsip 1
: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti
gramatik yang sama merupakan satu morfem. perhatikan dengan baik
contoh-contoh di bawah ini:
a) membeli
rumah, rumah baru, menjaga rumah, satu rumah. (Tarigan, 1995:12).
Dari
contoh-contoh tersebut dapat kita
lihat bahwa satuan rumah merupakan satu morfem karena satuan itu memiliki
struktur fonologik dan arti yang sama
b) menulis,
ditulis, menuliskan, menulisi, ditulisi, tertulis, tertuliskan, tertulisi,
tulisan, penulis, penulisan, karya tulis.
(Tarigan,H.G., 1995:13) . Dari contoh-contoh itu dapat kita lihat bahwa satuan
tulis merupakan satu morfem karena satuan itu mempunyai struktur fonologik
dan arti yang sama.
c) dibaca,
disimak, disepak, ditinju, dicium, dijual, diambil.
Dari contoh di
atas terlihat dengan jelas bahwa satuan di- merupakan satu morfem karena satuan
itu memiliki struktur fonologik dan arti yang sama.
.
Prinsip 2
: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonlogik yang berbeda merupakan satu
morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik
yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.
Perhatikan dengan baik
contoh-contoh di bawah ini:
a) menjual,
membawa, menyapu, menggigit, mengebom, melintas.
bahwa
satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me- dalam contoh di atas
mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan tindakan aktif tetapi
struktur fonologiknya jelas berbeda. Satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-,
menge-, dan me- adalah alomorf dari morfem meN-. Oleh karena itu semua satuan
itu merupakan satu morfem (Tarigan, 1995:14).
b) penjual,
pembaca, penyalin, penggugat, pengelas, pelaut
Dari
contoh-contoh di atas, nyata kepada kita bahwa satuan-satuan pen-, pem-, peny-,
peng- , penge-, dan pe- mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan
yang pekerjaannya melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar (dasar
kata), atau dengan kata lain bersifat agentif, tetapi struktur fonologiknya
berbeda. Satuan-satuan pen-, pem-, peny-, peng-, penge-, dan pe- adalah alomorf
dari morfem peN-. Oleh karena itu semua satuan itu (pe-, pem-, peny-, peng-,
penge-, pe-) merupakan satu morfem (Tarigan,H.G., 1995: 14).
Prinsip 3
: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun
perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap
sebagai satu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang
sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan dengan
saksama contoh-contoh di bawah ini:
Berlatih, berjumpa, belaja,r berlari, berkarya, beroda, beternak
Dari
contoh-contoh di atas, nyata kepada kita bahwa terdapat satuan-satuan ber-,
be-, dan bel-. Berdasarkan prinsip 2, satuan ber- dan be- merupakan satu
morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara
fonologik. Berbeda dengan satuan bel- yang hanya terdapat pada belajar.
Walaupun bel- mempunyai struktur fonologik yang berbeda dan perbedaannya itu
tidak dapat dijelaskan secara fonologik tetapi mempunyai arti gramatik yang
sama dan mempunyai distribusi yang komplementer dengan morfem ber-. Oleh karena
itu satuan bel- dapat dianggap sebagai satu morfem (Tarigan, 1995: 15).
Prinsip
4 : Apabila dalam deretan struktur, suatu
satuan berparalel dengan suatu kekosongan,
maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero. perhatikan dengan
saksama deretan struktur di bawah ini:
(1) Bapak membeli sepeda.
(2) Bapak melempar mangga.
(3) Bapak menulis surat.
(4)
Bapak membaca koran.
(5)
Bapak lompat tinggi.
(6)
Bapak makan kue.
(7)
Bapak minum kopi.
Ketujuh kalimat itu semuanya berstruktur SPO,
artinya S atau subjek ada di depan, diikuti P atau predikat, diikuti O atau
objek. Predikatnya berupa kata verbal (kerja) yang transitif. Pada kalimat (1),
(2), (3), dan (4), kata verbal yang transitif itu ditandai oleh bedanya morfem
meN-, sedangkan pada kalimat (5), (6), dan (7) kata verbal yang transitif itu
ditandai oleh kekosongan atau tidak adanya morfem meN-. Kekosongan itu merupakan
morfem, yang disebut morfem zero (Tarigan, 1995: 16).
Prinsip 5
: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan
satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. perhatikan dengan
saksama contoh-contoh berikut ini:
1.
Anak itu sedang
belajar.
2. Nilainya
sedang saja.
Arti sedang pada kalimat (1) adalah ‘baru’ atau
‘lagi’, sedangkan arti sedang pada kalimat (2) adalah ‘tidak
terlalu jelek’ atau ‘cukup’. Oleh karena itu kedua kata sedang itu merupakan
morfem yang berbeda meskipun mempunyai struktur fonologik yang sama karena arti
leksikalnya berbeda (Tarigan, 1995: 17).
1. Ia
sedang makan.
2. Makan
orang itu sangat lahap.
Kata
makan pada kalimat (1) dan pada kalimat (2) di atas mempunyai arti leksikal yang berhubungan dan
distribusinya berbeda. Kata makan pada kalimat (1) berfungsi sebagai predikat
dan termasuk golongan kata verbal, sedangkan kata makan pada kalimat (2)
merupakan sebagian subyek, dan termasuk golongan kata nominal sebagai proses
nominalisasi. Kedua kata makan itu merupakan satu morfem.
1. Telinga
orang itu besar.
2. Telinga
kuali itu lebar.
Kata
telinga pada (1) dan (2) mempunyai distribusi yang sama, Dan merupakan morfem yang berbeda. (Tarigan,
1995: 17)
Prinsip 6
: Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem. perhatikan dengan
saksama contoh-contoh berikut ini:
1. berharap,
harapan.
Kita telah mengetahui bahwa
berharap terdiri dari satuan ber- dan harap, serta satuan harapan terdiri dari
harap, dan –an. Dengan demikian ber-, harap, dan –an masing-masing merupakan morfemsendiri-sendiri
(Tarigan, 1995;18).
2. menyenangkan
menyenangi bersenang-senang kesenangan
Dari contoh-contoh tersebut di atas nyata bagi kita
bahwa: menyenangkan terdiri atas tiga morfem, yaitu meN-, senang, dan –kan,
menyenangi terdiri atas tiga morfem, yaitu meN-, senang, dan –i,
bersenang-senang terdiri atas tiga morfem, yaitu ber-, senang, dan senang,
kesenangan terdiri atas dua morfem, yaitu ke-an, dan senang.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa meN-,
senang, –kan, -i, ber-, dan ke-an merupakan morfem sendiri-sendiri.
3. gelap
gulita simpang siur.
Satuan gelap hanya terdapat pada gelap gulita, dan
satuan siur hanya terdapat pada simpang siur. Satuan gelap dan satuan simpang
masing-masing merupakan morfem tersendiri. Satuan gulita (yang hanya dapat
berkombinasi dengan gelap) dan satuan siur (yang hanya dapat berkombinasi
dengan simpang) pun merupakan morfem tersendiri (Tarigan, 1995: 19). Satuan
morfem yang hanya dapat berkombinasi dengan satu morfem saja kita sebut morfem
unik, misalnya morfem gulita, dan siur.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk
mengenal morfem dengan mudah, Ramlan dalam Tarigan,H.G. (1995: 11- 19) mengemukakan enam
prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem diantaranya:
·
Prinsip
1 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan satu morfem
·
Prinsip
2 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonlogik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai
arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan
secara fonologik.
·
Prinsip
3 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya
tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu
morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan
mempunyai distribusi yang komplementer.
·
Prinsip
4 : Apabila dalam deretan struktur, suatu
satuan berparalel dengan suatu kekosongan,
maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero
·
Prinsip
5 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan
morfem yang berbeda
·
Prinsip
6 : Setiap satuan yang dapat dipisahkan
merupakan morfem
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Junaiyah H.M. 2009. Morfologi, Bentuk, Makna, dan
Fungsi.
Jakarta:PTGramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi, Bandung: Angkasa
Abdul Chaer. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).
Jakarta: Rineka Cipta.
UPI (2018, mei 02). PRINSIP PENGENALAN MORFEM,pdf, pp. http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN_I/BBM_4.pdf
Komentar
Posting Komentar